Mengenal Festival Budaya Bettulak di Desa Lendang Ara

DESA Lendang Ara berada Kecamatan Kopang Lombok Tengah (Loteng). Desa satu ini, memiliki banyak potensi untuk di kembangkan.

Selain memiliki wisata Tandung-Andung yang kian rame di kunjungi wisatawan. Desa yang menjadi perbatasan Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur tersebut juga memiliki tradisi budaya yang rutin dilaksanakan setiap tahunya.

Adapun tradisi itu dikenal dengan nama
Tradisi Ritual Bettulak. Bahkan tradisi ini merupakan tradisi yang dilakukan warga Desa Lendang Ara secara turun temurun yang diwariskan para leluhur mereka.

Ritual Bettulak sendiri berarti dia kembali. Dia kembali disini dalam artian, mengembalikan wabah penyakit yang disebarkan oleh orang yang menyebarkan wabah penyakit di suatu Desa.

Dapat disimpulkan bahwa Bettulak ini adalah ritual yang bisa mengusir atau menangkal wabah penyakit yang ada di Desa Lendang Ara agar kembali ke empunya dan tidak mewabah ke khalayak ramai.

Konon ceritanya yang memberikan informasi terkait pelaksanaan kegiatan ritual ini adalah makhluk halus yang disampaikan kepada dukun bahwa akan ada wabah penyakit besar masuk ke desa, maka silahkan adakan betullak.

Tradisi Bettulak ini memiliki berbagai tahapan prosesi. Prosesi pertama dilaksanakan di masjid Desa dengan membaca berzanzi dan berdoa bersama seluruh lapisan masyarakat, tokoh adat serta tokoh agama.

Setelah itu, barulah masuk ke acara inti, yakni tradisi Bettulak itu sendiri, dengan cara berjalan membawa obor mengelilingi empat titik pintu masuk atau perbatasan dari Desa Lendang Ara.

Dalam mengelilingi titik pintu masuk desa ini masyarakat membaca Burdah salawatan-salawatan sanjungan kepada Nabi Muhammad yang di pimpin tokoh agama setempat selama perjalanan.

Setelah sampai dititik perbatasan, tokoh budaya setempat pada prosesi itu menanam penyawek di empat titik pintu masuk Desa sembari membaca jampi-jampi. Penyawek sendiri adalah simbol untuk menangkal berbagai penyakit yang akan masuk ke Desa sekaligus mengusir wabah penyakit yang ada. Usai itu, masyarakat secara serentak mengumandangkan azan bersamaan.

Menurut informasi dari tokoh-tokoh masyarakat setempat, ritual Bettulak ini terakhir kali dilaksanakan pada tahun 1970 an oleh masyarakat.

Kades Lendang Ara, Kecamatan Kopang Loteng, Ayunan menyatakan, Pemerintah Desa (Pemdes) Lendang Ara,sudah mengadakan Festival Budaya Bettulak itu pada 14-16 Juni lalu.

Perayaan Festival Budaya Bettulak tahun ini lebih semarak dari tahun sebelumnya. Pasalnya banyak agenda perlombaan yang bakal dilaksanakan. Tujuan pelaksanan pestival ini adalah selain untuk melestarikan budaya. Namun untuk menggaet kunjungan wisatawan untuk dateng ke wisata di wilayah Loteng.

“Di tahun lalu itu event ini kami laksanakan sehari. Kalau tahun ini, side event dua hari dua malam. Pada event itu ada lomba band tingkat pelajar SMA/MA se-Kabupaten Lombok Tengah,” Ujar Ayunan.

Selain lomba band, festival budaya Bettulak ini juga dimeriahkan oleh lomba tari kreasi tingkat pelajar SD/MI se-Kecamatan Kopang.

Tidak itu saja, lomba hadroh tingkat SMP/MTs se-Kecamatan Kopang, Janapria, Batukliang dan Batukliang Utara juga menyemarakkan kegiatan tahunan di Desa Lendang ara.

“Yang jadi pembeda tahun ini dari tahun lalu juga adalah pembukaannya ini kita akan awali dengan karnaval budaya. Karnaval budaya ini kami libatkan masyarakat dari Desa se-Kecamatan kopang,” jelasnya.

Kegiatan ini dilaksanakan di pusat pemerintahan desa. Sepanjang jalan pusat pemerintahan desa dipenuhi UMKM yang menjajakan makanan-makanan khas yang dimiliki Desa Lendang Ara.

“Kegiatan ini bukan sebagai upaya dalam rangka melestarikan budaya saja, tapi juga meningkatkan perekonomian masyarakat,” kata Ayunan.

Sementara itu, Wakil Bupati Loteng,HM Nursiah mengapresiasi langkah pemerintah desa setempat dalam menjaga dan melestarikan budaya Bettulak. Sebab,selain memiliki wisata bendungan Tandung-Andung, ritual Bettulak ini juga berpotensi menjadi wisata budaya.

“Dengan kreatifitas dan inovasi untuk mengangkat budaya membuat Desa Lendang Ara layak sebagai desa wisata,” sebut Nursiah.

Dikatakan, ritual Bettulak ini akan masuk pada kalender event di Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah. Karena telah memenuhi syarat atau kriteria untuk digelar setiap tahunnya. Kriteria tersebut seperti memiliki kandungan nilai seni dan budaya, kemudian antusuias masyarakat yang menghadiri acara.

“Tidak sembarang bisa masuk kalender event pemerintah. Ada kriterianya, ada yang dinilai. Apa yang kita nilai, potensi budaya. Kemudian semangat masyarakat kita. Berikut juga kita nilai siapa saja yang datang, ada wisatawan dari luar negeri. Nah ini menjadi salah satu beberapa ukuran untuk kita tingkatkan menjadi event kabupaten yang di gelar setiap tahunnya,” tutup mantan Sekda Lombok Tengah ini.(01)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *