Lestarikan Budaya, Pemdes Lendang Are Bakal Gelar Pestival Budaya Bettulak

Diusulkan Menjadi Event Adat Budaya Tahunan Loteng.

LOTENG–Pemerintahan Desa (Pemdes) Lendang Are, Kecamatan Kopang, Lombok Tengah (Loteng) bakal melaksanakan festival budaya Bettulak dalam dekat.

Tujuan kegiatan festival yang dilaksanakan tiga hari bulan ini tersebut, selain sebagai sarana silaturahmi dan sebagai ajang event tahunan. Namun juga untuk melestarikan adat budaya yang ditinggal oleh para leluhur warga setempat.
Kemudian, untuk menggali potensi dalam desa baik dari segi adat dan budaya serta agama.

Kepala Desa Lendang Are, Kecamatan Kopang Loteng, Ayunan membenarkan, bahwa pihaknya sudah melaksanakan rapat koordinasi untuk mengadakan festival budaya tersebut.

Rapat koordinasi ini diadakan lanjutnya, untuk mengangkat kembali budaya kearifan Lokal “Bettulak” sebagai tradisi masyarakat Desa Lendang Are Kecamatan Kopang dan menjadikannya sebagai kalender event tahunan desanya.

“Rapat kegiatan Pestival itu, kami menghadirkan semua elemen. Dari desa, dinas, pokdarwis, universitas UDIKMA dan perwakilan tokoh masyarakat, ” katanya dengan tegas kemarin.

Ia menegaskan, banyak hal yang di bahas rapat koordinasi tersebut seperti, informasi tentang tradisi “Bettulak” dari tetua tokoh agama dan tokoh masyarakat terkait maksud, kondisi pelaksanaan, cara melaksanakan ritual, dan perlengkapan yang dibutuhkan. Menyepakati tanggal pelaksanaan prosesi adat “Bettulak” tahun ini. Selajutnya, menyepakati kegiatan yang akan dilakukan sebelum pelaksanaan prosesi adat“Bettulak”.

“Kegiatan festival budaya tradisi Bettulak akan dilaksanakan di Lendang Are pada tanggal 9 Zulhijjah 1444H tanggal 28 Juni mendatang. Pelaksanaanya bakal dilaksanakan selama 4 hari, ” ungkapnya.

Ia mengungkapkan, sinopsis singkat terkait tradisi Bettulak ini merupakan warisan kuno yang dijalankan oleh masyarakat Desa Lendang Are sebagai upaya untuk menolak bala penyakit dan mara bahaya yang mengancam Desa Lendang Are.

Misalnya pada tahun 1974 terjadi wabah kolera dan sejumlah penyakit seperticacar dan Mendo/demam menyerang masyarakat secara bersamaan. Tradisi ini dilakukan dengan melakukan ritual dan memanjatkan do’a kepada sang pencipta untuk menjauhkan desa tersebut dari wabah penyakit.

Selain sebagai respon terhadap wabah, tradisi “Bettulak” juga dilakukan pada bulan “Bubur Beak” (sebutan salah satu bulan oleh suku Sasak) atau bulan Safar. Menurut kepercayaan nenek moyang suku sasak ada sebuah hari yang disebut sebagai “Rebo Buntung” yakni hari Rabu yang berada di penghujung bulan Safar, terjadi sekali dalam 8 tahun. Hari Rabu Buntung ini dipercayai masyarakat sebagai hari yang sakral. Rebo Buntung ini diperkirakan akan terjadi pada tahun 1946 hijriyah (tahun 2025).

Prosesi Tradisi/Ritual Bettulak . Pra acara sebelum tradisi/ritual Bettulak dilaksanakan, diadakanlah musyawarah di masjid desa yang melibatkan para Belian (dukun), para penghulu (pemuka agama), sesepuh desa dan masyarkat desa. Tujuan diadakan musyawarah ini adalah untuk menentukan waktu pelaksanaan ritual adat Bettulak. Selain itu untuk kebutuhan ritual Bettulak terlebih dahulu akan dipersiapkan Rereke (sesajen) yang terdiri dari sembilan macam komponen.

Sesajen ini terdiri dari, topat sebanyak 9 buah. Tekel sebanyak 9 buah. Rokok dari tembakau hitam dan kulit jagung sebanyak 9 buah. Lekes (racikan sirih) sebanyak 9 buah. Bubur putih sebanyak 9 buah. Bubur merah sebanyak 9 buah. Empok-empok (padi yang digoreng tampa minyak / pop rice) sebanyak 9 buah. Menik siong (beras yang digoreng tampa minyak), dan . Ayam panggang semuanya berjumlah 9 buah.

“Jumlah kesembilan komponen tersebut didasarkan pada sejarah wali songo, ” ucapnya.

Ia mengaku,acara ritual di mulai dengan memasang Penyawek (penanda yang terbuat dari daun aren) sebanyak 5 buah oleh Belian (seorang dukun). Satu Penyawek akan ditancapkan di pusat desa, yaitu sudut pagar Masjid Desa Lendang Are. Penyawek kedua akan di tanam di batas desa sebelah barat, antara desa Bebuak dan Lendang Are. Penyawek ketiga akan di tanam di batas desa sebelah timur, antara Desa Lando dengan Desa Lendang Are. Penyawek yang keempat akan ditanam di batas desa sebelah selatan antara desa Petemon dan desa Lendang Are. Sedangkan Penyawek kelima akan ditanam di Lapangan Desa Lendang Are di batas desa sebelah utara.

Setelah Penyawek ditanam oleh belian, acara dilanjutkan dengan kegiatan Serakal di masjid desa saat waktu Maghrib. Setelah Serakal, para penghulu yang di dampingi oleh pembawa obor dan belian akan memulai perjalanan ritual menuju titik pertama sambil membaca Berzanji atau Murdah / Qunut. Tiba di batas desa yang telah ditandai oleh Penyawek sebelumya, para penghulu dan rombongan akan mengumandangkan azan secara bersama-sama.

Setelah mengumandangkan azan, rombongan akan kembali ke titik awal yaitu Masjid Desa Lendang Are, untuk melanjutkan ritual yang sama ke titik batas desa selanjutnya. Setelah semua prosesi ritual dilaksanakan di semua titik batas desa, acara dilanjutkan dengan roah, dimana semua orang bersama-sama menikmati hidangan khas desa lendang Are di Masjid pusat desa.

“Sinopsis atau story telling terkait tradisi Bettulak akan disusun oleh UNDIKMA Mataram. Selanjutnya Dinas juga akan melaporkan budaya kearifan lokal ini kepada bapak Bupati untuk diusulkan menjadi calender of event tahunan Kabupaten Lombok Tengah, ” ungkapnya.

Ditambahkan, pihaknya berharap dengan diadakan festival budaya adat ini nantinya akan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke wisata yang ada di wilayah Loteng.

“Untuk masyarakat yang ingin mengetahui tentang budaya adat ini. Kami persilahkan untuk hadir dalam kegiatan festival nantinya. Karena kegiatan ini terbuka untuk umum, ” imbuhnya. (01)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *