Kontributor: Arni Nazira Dewi
Saat ini sepertinya hampir semua orang tahu permainan yang mengadu dua buah bola bertali yang dimainkan oleh gerakan tangan ini.
Ya, Lato-Lato. Beberapa kekeliruan penyebutan oleh awam sebagai permainan “Tok Tek Tok Tek” yang mengacu pada suara yang ditimbulkan saat bola plastik keras itu beradu.
Sejak awal kemunculannya Lato-Lato cukup banyak menyita perhatian masyarakat. Permainan tradisional ini kembali eksis setelah beberapa waktu lalu viral di Tiktok.
Permainan lato-lato ini cukup ikonik sekira medio 90-an, terutama masyarakat yang tinggal di daerah perdesaan, khususnya di kalangan anak dan remaja.
Akan tetapi seiring perkembangan zaman kini permainan lato-lato ini sudah menjamur di kota-kota besar, bahkan para artis hingga konten kreator pun tak ingin ketinggalan bermain Lato-Lato.
Bagi para orang tua yang memiliki anak-anak kecanduan bermain ponsel, Lato-Lato menjadi angin segar karena beberapa manfaat antara lain melatih kemampuan motorik pada anak, mengendalikan emosi , melatih kesabaran anak karena saat bermain Lato-Lato cukup sulit dan dibutuhkan kesabaran agar permainan berjalan.
Namun di balik manfaat tersebut, protes masyarakat terhadap Lato-Lato mulai bermunculan. Terutama dari kalangan orang tua.
“Sekarang anak saya sehabis pulang sekolah nggak pernah nyari HP bapaknya, langsung nyari Lato-Lato. Tapi ya gitu, di rumah jadi bising, ributnya minta ampuuun gara-gara suara Lato-Lato ini,” keluh Sri Wahyuni seorang ibu muda dari Praya Tengah.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Susan, hingga ia membatasi jam anaknya bermain Lato-Lato.
“Pulang sekolah harus makan dulu, nggak boleh tok tek tok tek. Nanti boleh maen sebentar, bising juga saya jadinya,” kata ibu dua anak yang setiap sore berjualan Cilok Telur ini.
Bahaya Lain Yang Mengancam
Di balik manfaat baiknya, terselip resiko permainan karena ini menggunakan bola plastik namun cukup keras dan agak berat. Terutama pada anak-anak jika orang tua tidak mengawasi.
Mengutip laman detikcom, di Kalimantan Barat permainan ini telah memakan korban hingga mengalami luka serius. Dimana seorang bocah di Kubu Raya sampai harus di operasi mata akibat serpihan Lato-Lato yang mengenai bola matanya.
“.. Harus di operasi dan di jahit tiga jahitan,” ucap Kadis Kesehatan Kubu Raya Marijan pada media yang sama.
Namun tentu ada yang cukup gembira dengan maraknya Lato-Lato, mereka adalah para penjual yang menjajakan Lato-Lato baik secara online maupun konvensional. Para penjual tersebut bisa meraup untung yang besar.
“Sehari saya bisa menjual sampai 500 buah, tergantung stok dari pemasok. Apalagi waktu viral-viralnya permainan ini, saya pernah bisa menjual hingga seribu buah dalam sehari. Omset saya sebulan ini sudah mencapai puluhan juta rupiah hanya dari Lato-Lato ini,” cerita Kiki seorang pemilik toko di Desa Pengadang, Praya Tengah
Jadi gimana sohib sekalian, tertarik untuk berjualan Lato-Lato atau hanya sekedar bermain saja? Tapi ingat, hati-hati ya. *****(NZ)